Saturday, February 25, 2012

Ainul Mardhiyah

Dalam suatu kisah yang dipaparkan Al Yafi’i dari Syeikh Abdul Wahid bin
Zahid, dikatakan: Suatu hari ketika kami sedang bersiap-siap hendak
berangkat perang, aku meminta beberapa teman untuk membaca sebuah ayat.
Salah seorang lelaki tampil sambil membaca ayat Surah At Taubah ayat 111,
yang artinya sebagai berikut :

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta
mereka dengan memberikan sorga untuk mereka”



Selesai ayat itu dibaca,
seorang anak muda yang berusia 15 tahun atau lebih bangkit dari tempat
duduknya. Ia mendapat harta warisan cukup besar dari ayahnya yang telah
meninggal. Ia berkata:”Wahai Abdul Wahid, benarkah Allah membeli dari
orang-orang mu’min diri dan harta mereka dengan sorga untuk mereka?” “Ya,
benar, anak muda” kata Abdul Wahid. Anak muda itu melanjutkan:”Kalau begitu
saksikanlah, bahwa diriku dan hartaku mulai sekarang aku jual dengan sorga.”


Anak muda itu kemudian mengeluarkan semua hartanya untuk disedekahkan bagi
perjuangan. Hanya kuda dan pedangnya saja yang tidak. Sampai tiba waktu
pemberangkatan pasukan, ternyata pemuda itu datang lebih awal. Dialah orang
yang pertama kali kulihat. Dalam perjalanan ke medan perang pemuda itu
kuperhatikan siang berpuasa dan malamnya dia bangun untuk beribadah. Dia
rajin mengurus unta-unta dan kuda tunggangan pasukan serta sering menjaga
kami bila sedang tidur.


Sewaktu sampai di daerah Romawi dan kami sedang mengatur siasat
pertempuran, tiba-tiba dia maju ke depan medan dan berteriak:”Hai, aku
ingin segera bertemu dengan Ainul Mardhiyah . .” Kami menduga dia mulai
ragu dan pikirannya kacau, kudekati dan kutanyakan siapakah Ainul Mardiyah
itu.
Ia menjawab: “Tadi sewaktu aku sedang kantuk, selintas aku bermimpi.
Seseorang datang kepadaku seraya berkata: “Pergilah kepada Ainul Mardiyah.”
Ia juga mengajakku memasuki taman yang di bawahnya terdapat sungai dengan
air yang jernih dan dipinggirnya nampak para bidadari duduk berhias dengan
mengenakan perhiasan-perhiasan yang indah. Manakala melihat kedatanganku ,
mereka bergembira seraya berkata: “Inilah suami Ainul Mardhiyah . . . . .”


“Assalamu’alaikum” kataku bersalam kepada mereka. “Adakah di antara kalian
yang bernama Ainul Mardhiyah?” Mereka menjawab salamku dan berkata: “Tidak,
kami ini adalah pembantunya. Teruskanlah langkahmu” Beberapa kali aku
sampai pada taman-taman yang lebih indah dengan bidadari yang lebih cantik,
tapi jawaban mereka sama, mereka adalah pembantunya dan menyuruh aku
meneruskan langkah.


Akhirnya aku sampai pada kemah yang terbuat dari mutiara berwarna putih. Di
pintu kemah terdapat seorang bidadari yang sewaktu melihat kehadiranku dia
nampak sangat gembira dan memanggil-manggil yang ada di dalam: “Hai Ainul
Mardhiyah, ini suamimu datang . …”


Ketika aku dipersilahkan masuk kulihat bidadari yang sangat cantik duduk di
atas sofa emas yang ditaburi permata dan yaqut. Waktu aku mendekat dia
berkata: “Bersabarlah, kamu belum diijinkan lebih dekat kepadaku, karena
ruh kehidupan dunia masih ada dalam dirimu.” Anak muda melanjutkan kisah
mimpinya: “Lalu aku terbangun, wahai Abdul Hamid. Aku tidak sabar lagi
menanti terlalu lama”.


Belum lagi percakapan kami selesai, tiba-tiba sekelompok pasukan musuh
terdiri sembilan orang menyerbu kami. Pemuda itu segera bangkit dan
melabrak mereka. Selesai pertempuran aku mencoba meneliti, kulihat anak
muda itu penuh luka ditubuhnya dan berlumuran darah. Ia nampak tersenyum
gembira, senyum penuh kebahagiaan, hingga ruhnya berpisah dari badannya
untuk meninggalkan dunia.

Imam ibnul qoyyim berkata

"Jika anda bertanya tentang mempelai wanita dan istri-istri penduduk surga, maka mereka adalah gadis-gadis remaja yang montok dan sebaya. Pada diri mereka mengalir darah muda, pipi mereka halus dan segar bagaikan bunga dan apel, dada mereka kencang dan bundar bagai delima, gigi mereka bagaikan intan mutu manikam, keindahan dan kelembutan mereka selalu menjadi kerubutan.

Elok wajahnya bagaikan terangnya matahari, kilauan cahaya terpancar dari gigi-giginya dikala tersenyum. Jika anda dapatkan cintanya, maka katakan semau anda tentang dua cinta yang bertaut. Jika anda mengajaknya berbincang (tentu anda begitu berbunga), bagaimana pula rasanya jika pembicaraan itu antara dua kekasih (yang penuh rayu, canda dan pujian). Keindahan wajahnya terlihat sepenuh pipi, seakan-akan anda melihat ke cermin yang bersih mengkilat (maksudnya, menggambarkan persamaan antara keindahan paras bidadari dengan cermin yang bersih berkilau setelah dicuci dan dibersihkan, sehingga tampak jelas keindahan dan kecantikan). Bagian dalam betisnya bisa terlihat dari luar, seakan tidak terhalangi oleh kulit, tulang maupun perhiasannya.

Andaikan ia tampil (muncul) di dunia, niscaya seisi bumi dari barat hingga timur akan mencium wanginya, dan setiap lisan makhluk hidup akan mengucapkan tahlil, tasbih, dan takbir karena terperangah dan terpesona. Dan niscaya antara dua ufuk akan menjadi indah berseri berhias dengannya. Setiap mata akan menjadi buta, sinar mentari akan pudar sebagaimana matahari mengalahkan sinar bintang. Pasti semua yang melihatnya di seluruh muka bumi akan beriman kepada Allah Yang Maha hidup lagi Maha Qayyum (Tegak lagi Menegakkan). Kerudung di kepalanya lebih baik daripada dunia seisinya. Hasratnya terhadap suami melebihi semua keinginan dan cita-citanya. Tiada hari berlalu melainkan akan semakin menambah keindahan dan kecantikan dirinya. Tiada jarak yang ditempuh melainkan semakin menambah rasa cinta dan hasratnya. Bidadari adalah gadis yang dibebaskan dari kehamilan, melahirkan, haidh dan nifas, disucikan dari ingus, ludah, air seni, dan air tinja, serta semua kotoran.

Masa remajanya tidak akan sirna, keindahan pakaiannya tidak akan usang, kecantikannya tidak akan memudar, hasrat dan nafsunya tidak akan melemah, pandangan matanya hanya tertuju kepada suami, sekali-kali tidak menginginkan yang lain. Begitu pula suami akan selalu tertuju padanya. Bidadarinya adalah puncak dari angan-angan dan nafsunya. Jika ia melihat kepadanya, maka bidadarinya akan membahagiakan dirinya. Jika ia minta kepadanya pasti akan dituruti. Apabila ia tidak di tempat, maka ia akan menjaganya. Suaminya senantiasa dalam dirinya, di manapun berada. Suaminya adalah puncak dari angan-angan dan rasa damainya.

Di samping itu, bidadari ini tidak pernah dijamah sebelumnya, baik oleh bangsa manusia maupun bangsa jin. Setiap kali suami memandangnya maka rasa senang dan suka cita akan memenuhi rongga dadanya. Setiap kali ia ajak bicara maka keindahan intan mutu manikam akan memenuhi pendengarannya. Jika ia muncul maka seisi istana dan tiap kamar di dalamnya akan dipenuhi cahaya.

Jika anda bertanya tentang usianya, maka mereka adalah gadis-gadis remaja yang sebaya dan sedang ranum-ranumnya.

Jika anda bertanya tentang keelokan wajahnya, maka apakah anda telah melihat eloknya matahari dan bulan?!

Jika anda bertanya tentang hitam matanya, maka ia adalah sebaik-baik yang anda saksikan, mata yang putih bersih dengan bulatan hitam bola mata yang begitu pekat menawan.

Jika anda bertanya tentang bentuk fisiknya, maka apakah anda pernah melihat ranting pohon yang paling indah yang pernah anda temukan?

Jika anda bertanya tentang warna kulitnya, maka cerahnya bagaikan batu rubi dan marjan.

Jika anda bertanya tentang elok budinya, maka mereka adalah gadis-gadis yang sangat baik penuh kebajikan, yang menggabungkan antara keindahan wajah dan kesopanan. Maka merekapun dianugerahi kecantikan luar dan dalam. Mereka adalah kebahagiaan jiwa dan penghias mata.

Jika anda bertanya tentang baiknya pergaulan dan pelayanan mereka, maka tidak ada lagi kelezatan selainnya. Mereka adalah gadis-gadis yang sangat dicintai suami karena kebaktian dan pelayanannya yang paripurna, yang hidup seirama dengan suami penuh pesona harmoni dan asmara .

Apa yang anda katakan apabila seorang gadis tertawa di depan suaminya maka sorga yang indah itu menjadi bersinar? Apabila ia berpindah dari satu istana ke istana lainnya, anda akan mengatakan: "Ini matahari yang berpindah-pindah di antara garis edarnya." Apabila ia bercanda, kejar mengejar dengan suami, duhai… alangkah indahnya…!! (dari kitab Hadil Arwah Ila Biladil Afrah (h.359-360)

Kesabaran Sipurto ataukah kebododohan sipurto

hiduplah seorang pemuda sederhana,dengan kehidupan apa adanya
pemuda ini hanyalah seorang pemuda desa yang hidup dikampung jauh dari kota dan keramaian kota,
pemuda ini bernama sipurto yang terlahir dari keluarga yang miskin,orang tuanya pun hanya seorang buruh tani
setelah beranjak dewasa ahkirnya sipurto pergi kekota tuk mengadu nasib
dan ahkirnya pun berkerja sebagai buruh harian
ternyata hidup dikota besar..banyak membuat sipurto berubah,
tak lagi terdengar suara jangkrik...air pancuran..aroma sawah yang terhampar luas dikala dikampungnya dulu
tapi sesunnguhnya dihati kecilnya ia amat mencintai kampung halamannya dari pada hidup dikota(singkat cerita sipurto pun berkenalan seorang gadis kota)
sipurto terlena dan terbuai mimpi-mimpi indah hidup bersamanya
gadis itu bernama fitriany ternyata gadis ini berkerja disebuah pub malam...
dan ahkirnya pun hidup bersama didalam satu kontrakan tanpa ikatan suami istri
hari-hari terasa indah hingga kemesraan tiap hari dirasakan,tak ada waktu sedikit pun dilewati tanpa kemesraan,bagai pasangan serasi
dua tahun hidup bersama fitri terasa indah...
suatu ketika teman fitri pun datang kepada sipurto ,sipurto kamu mau menikahi si fitri???
jangan kau nikah si fitri karna sesungguhnya si fitri itu telah bersuami dan juga simpan para om-om
apa yang kamu harapkan hidup bersama dengan fitri???
kenapa dia saat ku mau menikah baru cerita..walo dua tahun ku hidup bersama dalam satu ruang ku tak pernah tau...krn mungkin ku orangnya tak pernah banyak tanya ini dan itu itu semua ku cuma menjaga perasaannya saja krn yang ku tau dia hanya bekas seorang gadis pub malam..
dan akhirnya pun aku menikah
setelah kumenikah barulah aku sadar betul bahwa sesungguhnya dia tak ada cinta yang tulus kepadaku....tapi mengapa ia mau dan menyuruhku menikahinya???jawabku dalam hati sungguh aneh tapi nyata
setelah ku menikahinya kenapa dia menyampakan ku diriku begitu saja
lalu apa artinya kita menikah ada apakah semua ini
walo sesungguhnya didalam keluargaku ku tutupi sejati dirinya agar keluargaku tak malu..akan kehadiran istriku
hari-demi hari kulalui tapi mengapa setelah kumenikahinya batin terasa tersiksa
bahkan istriku tak pernah mengiraukan diriku malah aku ini di anggapnya bukan sebagai suaminya...kenapa disaat ku belum menikahnya hidup bersama selalu indah bahagia,penuh canda dan tawa,tapi setelah menikahinya yang ada batinku tersiksa
mengapa semua ini terjadi pada diriku..
dan anehnya tak jarang kulihat dia selalu bersama laki-laki lain dan bermesraan dan dengan nada ringannya bila kutegur dia hanya menjawab "hanya teman"
dan suatu ketika tanpa ku sadari ada seorang laki_laki tidur dikamarku dan ku tanya dengan jawabnya yang sama temanku
entah apa yang terjadi pada hidupku ini
entah Tuhan yang masih sayang padaku atau nasibku...
lalu dengan segerombalan orang kampung ada Pak RT/RW dik Sipurto tolong ceraikan istrimu itu karna sudah terlaluan
tapi ku tak peduli karn aku sudah tau bahwa istriku mungkin seorang jablay
karn toh aku sudah tau sebelum aku menikahnya
dan ahkirnya istri terkena penyakit
dan terpaksalah aku meninggalkannya walau sesungguhnya aku tak mau...
dan yang teraneh walao dia istriku dia menikah dengan seorang pemuda lain tanpa ada perceraian dan anehnya aku pun ikut hadir menyaksikan pernikahnya....
walo hatiku hancur ku coba tetap tersenyum...
dikala malam tiba disaat ku ingin melangkah menuju kesebuah rumah tetangga
ku dihadang oleh seorang kakek-kakek bertopi camping dan berkata "bersabarlah dik janganlah dihatimu tersimpan dendam,atau putus asa karna sebuah cinta ,hapuslah airmatamu yang tak bisa keluar itu...dan tinggalkanlah dia karna dia telah bersekutu
dan sampai kapan pun adik tak akan bahgia,karna sejatinya jodoh dia bukan milikmu...
lihatlah rumah itu setelah saya menoleh kulihat hanya ada api kok ada api kek tanya aku'' itulah keserahkan dia dia telah dibudak oleh setan''dik tobatlah sebelom kau telambat jalanmu masih panjang dan ingatlah bersabarlah terus jangan pernah putus asa krna cinta dunia yang fana ini..


Kisah Sedih Gadis Kampung

Sudah menjadi kehendak Allah memberinya cobaan berupa penyakit kronis yang bersarang dan sudah bertahun-tahun ia rasakan. Ini adalah cerita kisah seorang gadis yang bernama Muha. Kisah ini diriwayatkan oleh zaman, diiringi dengan tangisan burung dan ratapan ranting pepohonan.

Muha adalah seorang gadis remaja yang cantik. Sebagaimana yang telah kami katakan, sejak kecil ia sudah mengidap penyakit yang kronis. Sejak usia kanak-kanak ia ingin bergembira, bermain, bercanda dan bersiul seperti burung sebagaimana anak-anak yang seusianya. Bukankah ia juga berhak merasakannya?

Sejak penyakit itu menyerangnya, ia tidak dapat menjalankan kehidupan dengan normal seperti orang lain, walaupun ia tetap berada dalam pengawasan dokter dan bergantung dengan obat.

Muha tumbuh besar seiring dengan penyakit yang dideritanya. Ia menjadi seorang remaja yang cantik dan mempunyai akhlak mulia serta taat beragama. Meski dalam kondisi sakit namun ia tetap berusaha untuk mendapatkan ilmu dan pelajaran dari mata air ilmu yang tak pernah habis. Walau terkadang bahkan sering penyakit kronisnya kambuh yang memaksanya berbaring di tempat tidur selama berhari-hari.

Selang beberapa waktu atas kehendak Allah seorang pemuda tampan datang meminang, walaupun ia sudah mendengar mengenai penyakitnya yang kronis itu. Namun semua itu sedikit pun tidak mengurangi kecantikan, agama dan akhlaknya...kecuali kesehatan, meskipun kesehatan adalah satu hal yang sangat penting. Tetapi mengapa?

Bukankah ia juga berhak untuk menikah dan melahirkan anak-anak yang akan mengisi dan menyemarakkan kehidupannya sebagaimana layaknya wanita lain?

Demikianlah hari berganti hari bulan berganti bulan si pemuda memberikan bantuan materi agar si gadis meneruskan pengobatannya di salah satu rumah sakit terbaik di dunia. Terlebih lagi dorongan moril yang selalu ia berikan.

Hari berganti dengan cepat, tibalah saatnya persiapan pesta pernikahan dan untuk mengarungi bahtera rumah tangga.

Beberapa hari sebelum pesta pernikahan, calonnya pergi untuk menanyakan pengerjaan gaun pengantin yang masih berada di tempat si penjahit. Gaun tersebut masih tergantung di depan toko penjahit. Gaun tersebut mengandung makna kecantikan dan kelembutan. Tiada seorang pun yang tahu bagaimana perasaan Muha bila melihat gaun tersebut.

Pastilah hatinya berkepak bagaikan burung yang mengepakkan sayap putihnya mendekap langit dan memeluk ufuk nan luas. Ia pasti sangat bahagia bukan karena gaun itu, tetapi karena beberapa hari lagi ia akan memasuki hari yang terindah di dalam kehidupannya. Ia akan merasa ada ketenangan jiwa, kehidupan mulai tertawa untuknya dan ia melihat adanya kecerahan dalam kehidupan.

Bila gaun yang indah itu dipakai Muha, pasti akan membuat penampilannya laksana putri salju yang cantik jelita. Kecantikannya yang alami menjadikan diri semakin elok, anggun dan menawan.

Walau gaun tersebut terlihat indah, namun masih di perlukan sedikit perbaikan. Oleh karena itu gaun itu masih ditinggal di tempat si penjahit. Sang calon berniat akan mengambilnya besok. Si penjahit meminta keringanan dan berjanji akan menyelesaikannya tiga hari lagi. Tiga hari berlalu begitu cepat dan tibalah saatnya hari pernikahan, hari yang di nanti-nanti. Hari itu Muha bangun lebih cepat dan sebenarnya malam itu ia tidak tidur. Kegembiraan membuat matanya tak terpejam. Yaitu saat malam pengantin bersama seorang pemuda yang terbaik akhlaknya.

Si pemuda menelepon calon pengantinnya, Muha memberitahukan bahwa setengah jam lagi ia akan pergi ke tempat penjahit untuk mengambil gaun tersebut agar ia dapat mencobanya dan lebih meyakinkan bahwa gaun itu pantas untuknya. Pemuda itu pergi ke tempat penjahit dan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi terdorong perasaan bahagia dan gembira akan acara tersebut yang merupakan peristiwa terpenting dan paling berharga bagi dirinya, demikian juga halnya bagi diri Muha.

Karena meluncur dengan kecepatan tinggi, mobil tersebut keluar dari badan jalan dan terbalik berkali-kali. Setelah itu mobil ambulans datang dan melarikannya ke rumah sakit. Namun kehendak Allah berada di atas segalanya, beberapa saat kemudian si pemuda pun meninggal dunia. Sementara telepon si penjahit berdering menanyakan tentang pemuda itu. Si penjahit mengabarkan bahwa sampai sekarang ia belum juga sampai ke rumah padahal sudah sangat terlambat.

Akhirnyai penjahit itu tiba di rumah calon pengantin wanita. Sekali pun begitu, pihak keluarga tidak mempermasalahkan sebab keterlambatannya membawa gaun itu. Mereka malah memintanya agar memberitahu si pemuda bahwa sakit Muha tiba-tiba kambuh dan sekarang sedang dilarikan ke rumah sakit. Kali ini sakitnya tidak memberi Muha banyak kesempatan. Tadinya sakit tersebut seakan masih berbelas kasih kepadanya, tidak ingin Muha merasa sakit. Sekarang rasa sakit itu benar-benar membuat derita dan kesengsaraan yang melebihi penderitaan yang ia rasakan sepanjang hidupnya yang pendek.

Beberapa menit kemudian datang berita kematian si pemuda di rumah sakit dan setelah itu datang pula berita meninggalnya sang calon pengantinnya, Muha.

Demikian kesedihan yang menimpa dua remaja, bunga-bunga telah layu dan mati, burung-burung berkicau sedih dan duka terhadap mereka. Malam yang diangan-angankan akan menjadi paling indah dan berkesan itu, berubah menjadi malam kesedihan dan ratapan, malam pupusnya kegembiraan.

Kini gaun pengantin itu masih tergantung di depan toko penjahit. Tiada yang memakai dan selamanya tidak akan ada yang memakainya. Seakan gaun itu bercerita tentang kisah sedih Muha. Setiap yang melihatnya pasti akan bertanya-tanya, siapa pemiliknya.?

(SUMBER: Serial Kisah Teladan, Muhammad bin Shalih al-Qahthani, seperti dinukilnya dari Mausu’ah al-Qishshash al-Waqi’iyyah dengan perubahan semestinya, Penerbit DARUL HAQ, telp.021-4701616)

Tuesday, February 21, 2012

ternyata kau bukan istriku...lalu istrinya siapa???

Kududuk dibarisan bangku terakhir memandang resah dari balik kaca
melihat senyum batin tersiksa
mataku hanya terduduk pilu saat tiba sang dewa cinta
merangkul diselendang putih berseri
jauh semakin jauh ku tatap kekosongan jiwa airmata ku membeku di salju kesendirian
seribu lagu terdengar musik irma bergetar seperti jantungku
kulihat tawa,canda ada disana,ku melangkah maju hampirin harapan yang kian sirna,
dan berjabat tangan terasa hilang...
Kini ku sadari tak ada keindahan yang bersemayam lagi bagai kuburan cinta
dihiasi luka,
aku memang bukan pujangga.Yang pandai merangkai kata-kata indah
aku hanya bingkai usang yang telah terbuang,
ku coba diam disini hanya angin malam yang dingin,
hanya hayalan bermain dengan pawaka,
kuberjalan tinggalkan pentas ini berjalan ikuti langkah yang sepi,
kemana lagi kan ku cari....
Sejuta hinaan berlomba-lomba menghampiriku.
Sejuta harapan yang tak mungkin kembali,

biarlah kegelisah jiwaku termakan sang waktu,
karna ku buka arjuna atau pun bima,yang bisa merayu seribu wanita.....

Monday, February 20, 2012

jejak langkah

disini langkahku terhenti sejenak..
disini ku terdiam memandang indahnya pelangi
disini ku tersenyum bersama cahaya rembulan
indah....indah...dan indah kurasakan
seakan kebahagiaan menyelimuti seluruh tubuhku
biar pun malam sepi dan sunyi di bukit cikuray..
kurasakan ada kebahagiaan...
kutatap jauh kearahmu..
kutatap malam kesendirianku
kulukisankan jejak langkahku
ditanah yang basah oleh tetesan embun
kusibak terai malam dari ufuk kejauhan mata memandang
kulihat dengar suara lembut dari balik dedaunan
yang tersembunyi diantara gelap
kian hilang disaat hatiku gemetar mendekatinya
langkahku terseok lemas disaat suara itu
tersusun rapih didalam peraduan api unggun
inilah akhir jejak langkahku
terhenti didalam kelukakan yang mendalam digelap malam
hilang rasa pelangi
hilang rasa rembulan
dan hilangnya diriku didalam kesunyian malam
dan kian hampa .....jejak langkahku

Saturday, February 18, 2012

bayangan...

setiap malam tiba kulihat bayangan itu ada..
selalu mengikutiku kemana langkah ini
disetiap hela nafasku..
disetiap pikiranku..
disetiap lamunanku
kau selalu hadir...
seakan-akan engan tuk tinggalkan diriku
tapi dikala kesunyi sepi gelap gulita
kau menghilang tak ada bayanganmu
yang selalu setia menemaniku...
ku diam saat kau pergi meninggalkanku
disudut malam gela gulita
jika kau hanya hadir tuk ku derita karna bayangan
biarlah ku coba diam didalam gelap biar kau tak lagi hadir
karna hadirmu hanya membuatku tersiksa di kesunyian yang kian hampa